
Seperti biasa, saya baru saja stalking-stalking status teman di Facebook. Rasanya menarik membaca status yang mereka bagikan. Ada yang lucu, sedih, dan ada juga yang berbagi tips ataupun motivasi.
Ada salah seorang kawan, namanya Noviaji Wibisono, seorang entrepreneur hebat di bidang Desain Komunikasi Visual yang bermarkas di Soocadesign.com.
Di statusnya, dia berbagi pengalaman hebatnya dalam membangun bisnis.ย Dan jujur, secara nggak langsung saya juga jadi berkaca, jangan-jangan saya juga malah sedang mengalaminya..
#ehm!
Penyakit startup pemula yang dulu juga saya alami:
- Euforia membangun startup karena trend bisnis pemula
- Tidak bisa mapping kebutuhan pasar yang sebenarnya
- Membuat produk dari hasil egoisme diri padahal gak dibutuhkan
- Tidak ngerti akuntansi dan keuangan, cashflow amburadul
- Terlalu idealis ingin mengubah dunia, padahal mengubah diri sendiri belom bisa
- Terjebak sama label “Si Entrepreneur Muda”, sehingga terjadi kebanggaan semu
- Tidak ada mentor, merasa sudah tahu padahal tahu doang tapi gak paham
- Kebanyakan berdoa, bermimpi, tapi gak aksi-aksi
- Ketika beraksi bingung di tengah jalan mau kemana karena gak ada sistem yang jelas
- Banyak liabilitas yang terbeli karena gak ngerti manajemen asset
- Strutur organisasi yang tidak tepat karena nyontek perusahaan besar, padahal startup masih kecil
- Saling salah-salahan ketika ada masalah, tapi gak belajar dari kesalahan
- Gak ngerti neraca, akhirnya suasana kayak di neraka
- Gaya berpikir yang meloncat jauh, bukan visioner, tapi malah melewati sunatullah step by step
- Berkumpul sama startup-startup gak jelas juga, nular deh makin gak jelasnya
- Tidak fokus mau bisnis apa, hajar semua, malah dihajar balik sama energi dan waktu yang habis
- Salah memilih bisnis, padahal effort yang dikeluarkan sama tapi hasil bisa beda antara surga dan neraka antara 2 startup
- Sering ‘dimanfaatin’ buat kegiatan sosial, bagus sih, tapi kan lagi bikin bisnis dan mau aja ngerjain karena emang gak ada klien
- Gak bisa menghargai karya sendiri, sehingga harga kemurahan
- Giliran harga dinaikkan, malah kemahalan, ternyata mapping pasar dari awal yang tidak tepat
- Masih berpikir dan bergaya mahasiswa, ini bukan organisasi bos, ini bisnis…
- Ketemu klien muka kucel, pakaian kelas menengah bawah, bau matahari.. yang diomongin projek ratusan juta.. klien gak percayalah karena baru pertama kali ketemu aja gitu..
- Sistem administrasi acakadut, kuitansi, kop surat, stempel, gak ada
- Keseringan jadi pembicara buat mahasiswa, bisnis aslinya lupa..
- Dapet fee besar, eh dibuat beli liabilitas
- Terjebak dengan istilah ‘passion’, padahal lagi kelelep pelan-pelan sama halusinasi
- Komunikasi yang tidak terbuka, akhirnya jalan sendiri-sendiri persepsi sendiri-sendiri
- Selebihnya masalah MENTAL dan ATTITUDE (males, demotivasi, down, nyerah, putus asa, sotoy, tergoda ini-itu, dll)
[Sumber asli: lihat disini]
Tambahan lagi, nasihatnya:
Kalau memang benar-benar mau bikin startup harus banyak belajar, harus banyak membuka pikiran, harus siap-siap stres, harus siap-siap berdinamika, harus siap-siap mengulang dari ‘awal’… dan kayaknya semuanya emang harus ngelewatin begitu deh… karena kelebihan itu kan kekurangan yang tertunda.. hehehe…
Jadi, begitulah kira-kira suka duka membangun bisnis startup.
So, how about you?
Pembelajaran yang perlu untuk di “Praktekkan or di Action kan”
Yes, betul sekali pak, karena bagaimanapun juga, tanpa action ya ngga akan ada hasilnya. Bisnis yang bagus itu adalah bisnis yang dilakukan, bukan yang selalu dibicarakan dan dibahas berulang-ulang tanpa aksi nyata.. ๐
tinggal dipraktekan saja ini dan juga harus siap segala resiko. terima kasih gan